Senin, 17 September 2012

proses penetasan telur bebek dengan mesin inkubasi dan perbandingan antara memakai lampu/kumparan/listrik dan ublik/lampu minyak

Proses Penetasan Meri
Pada proses penetasan saat ini masih
dilakukan dalam 2 cara, yakni
penggunaan alat yang pemanasnya
dari lampu minyak dan pemanas dari
listrik/kumparan/lampu. Kedua cara
tersebut memilki kelebihan dan
kekurangan. Misalnya pemanas
dengan listrik/kumparan memilki
kelebihan, yakni tidak mengeluarkan
asap hitam sehingga alat tetap bersih.
Karena tergantung listrik, jadi jika
terjadi mati lamapu maka bisa
menganggu penetasan. Sedangkan
dengan cara sederhana, yakni dengan
lampu minyak memang akan
mengeluarkan sedikit asap hitam,
namun tidak terganggu jika terjadi
mati lampu.
Pada rak tingkat pertama yang berda
50 cm dari dasar lantai, terdapat
wadah berbentuk Loyang kotak kue
dari kaleng sebagai wadah air. Dan
ruang kosong paling bawah jarak 50
cm dari dasar lantai ditempatkan
sebuah lampu minyak untuk menjaga
suhu agar tetap stabil di 100F dan
menjaga kelembaban dengan
terciptanya uap air dari air yang
dipanaskan. Karena penetasan
membutuhkan uap panas lembab,
bukan panas kering. Pemanasan
dengan lampu minyak memang yang
paling cocok, karena harus dilakukan
terus sampai telur menetas. Jika
menggunaka lampu listrik, tidak baik
karena suka berbahaya jika sedang
mati lampu sehingga pembentukan
meri menjadi tidak sempurna. Hal
tersebut menyebabkan bentuk tubuh
meri tidak sempurna.
Dengan kapasitas lemari Akhyar 800
butir telur bebek, penetas bisa
mendapat untung bersih sampai
Rp.400 ribu samapi menetas. Karena
biaya hanya untuk bahan bakar
minyak sekitar 10 liter selama 28 hari.
Biaya produksi terbilang cukup sedikit
karena tidak perlu pakan dan tempat
yang luas.
Menurut Prof. Dr. Penny S.
Hardjosworo, Praktisi Perunggasan
IPB, keberhasilan penetasan telur
bebek menjadi meri umumnya hanya
50%, namun jika ada yang mencapai
70-80% itu sudah sangat bagus,
karena cangkang telur bebek sangat
tebal sehingga memakan waktu lama
dan lebih sulit dari penetasan ayam.
Untuk sentra penetasan meri di desa
Kroya Cirebon, selama ini 60% telur
lebih banyak dibeli dari luar, daerah
seperti Indramayu, Subang, dan
Brebes. Telur yang tidak fertile
biasanya masuk ke dalam usaha
pengasinan telur.
Untuk membedakan meri jantan dan
betina, meri yang jantan pada
duburnya terdapat tonjolan,
sedangkan yang betina tidak. Selain
itu bulu meri jantan lebih kasar dari
betina. Meri yang baru menetas, bisa
diberi vaksin Vitachick agar tahan
penyakit, namun bisa pula tidak diberi
vaksin, karena menurut Prof. Dr.
Penny S. Hardjosworo, meri labih
tahan penyakit daripada anak ayam.
Pakan untuk meri yang baru menetas
biasanya berupa pakan pabrik, yakni
Kopan/Phokphand 5-11, barulah
umur 1 minggu bisa diberi menir
(pecahan beras) kukus dan kangkung.
Untuk pencegahan penyakit juga bisa
diberikan rajangan daun mengkudu
sebulan sekali.
Meri yang baru menetas biasanya
hanya ditempatkan di keranjang dari
kawat ram ukuran 1 x 2 m, yang
dilapisi kain. Dan bila akan dibawa
dalam perjalanan meri tak perlu diberi
perlakuan apapun, cukup
ditempatkan pada box kardus ukuran
25 x 25 cm atau tas rinjing biasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar